A Study on the Rational Use of Antimalarial Medicines at Puskesmas Asologaima, Jayawijaya, Papua Pegunungan
Main Article Content
Abstract
Malaria remains a significant public health challenge in Papua Province, Indonesia, which consistently reports among the highest incidence rates nationwide. Environmental factors and community behaviors continue to impede effective prevention and treatment efforts. This study aimed to evaluate the rationality of antimalarial drug prescriptions at primary health centers (Puskesmas) in Jayawijaya, Papua Pegunungan Province. A retrospective, descriptive-analytical study was conducted using 135 prescription records from 2023 to 2024. Data were analyzed using the Chi-square test via SPSS software. The findings revealed that most prescriptions met rational drug use criteria regarding patient eligibility, drug selection, timing, and route of administration. However, a significant gap was identified in dosage accuracy, particularly in Plasmodium falciparum cases, where only 8.3% of prescriptions conformed to recommended dosing guidelines (p ≤ 0.05). These results underscore the urgent need for targeted interventions and prescriber training to improve the quality of antimalarial drug use in high-endemic areas.
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
References
I. Sitohang, V., Sariwati, E., Fajariyani, S. B., Hwang, D., Kurnia, B., Hapsari, R. K., Laihad, F. J., Sumiwi, M. E., Pronyk, P., & Hawley, W. A. (2018). Malaria elimination in Indonesia: Halfway there. The Lancet Global Health, 6(6), e604–e606. https://doi.org/10.1016/S2214-109X(18)30198-0
II. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas.
III. Prastiawan, A. (2019). Pengaruh faktor mobilitas dan perilaku terhadap kejadian malaria impor di Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 11(2), 91–98.
IV. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 427 Tahun 2015 tentang Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat. Jakarta.
V. Gultom, F., Wiyono, W. I., & Tjitrosantoso, H. (2019). Studi penggunaan obat pada pasien malaria di instalasi rawat inap RSUD Kabupaten Mimika. Pharmacon, 8(2), 498. https://doi.org/10.35799/pha.8.2019.29319
VI. Debora, J., et al. (2018). Prevalensi malaria di Asmat, Papua: Gambaran situasi terkini di daerah endemik tinggi. Journal of Community Empowerment for Health, 1(1), 11–19. https://doi.org/10.22146/jcoemph.38309
VII. Negara, I. C., & Prabowo, A. (2018). Penggunaan uji Chi–Square untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dan usia terhadap pengetahuan penasun mengenai HIV–AIDS di Provinsi DKI Jakarta. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2018, 1–8.
VIII. Astuti, D. P. (2020). Faktor-faktor yang mempengaruhi rasionalitas penggunaan obat di Puskesmas Pancoran Mas, Depok [Skripsi, Universitas Indonesia]. https://lib.ui.ac.id/detail.jsp?id=20507164
IX. Sari, A. P., et al. (2020). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi rasionalitas peresepan obat di Puskesmas Bandar Lampung. Jurnal Farmasi Klinis Indonesia, 8(2), 123–130.
X. Prasetyo, D., & Anggraeni, R. (2021). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan terapi antimalaria di Puskesmas. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 12(1), 45–52.
XI. World Health Organization. (2021). Guidelines for the treatment of malaria (3rd ed.). WHO Press.
XII. Rahman, A. A., et al. (2021). Rational use of antimalarial drugs in rural health centers: A case study in Indonesia. Journal of Tropical Medicine, 14(3), 112–120.
XIII. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2022). Pedoman nasional tatalaksana malaria. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
XIV. Setiawan, R., et al. (2021). Faktor-faktor yang mempengaruhi rasionalitas peresepan obat di daerah terpencil. Jurnal Farmasi Klinis Indonesia, 9(1), 45–53.
XV. Suryadi, T., & Wahyuni, D. (2020). Analisis rasionalitas penggunaan obat berdasarkan asal pasien di Puskesmas wilayah terpencil. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(3), 78–85.
XVI. Rahmawati, I., et al. (2021). Evaluasi rasionalitas penggunaan obat antimalaria di fasilitas kesehatan primer. Jurnal Farmasi Indonesia, 12(2), 85–92.
XVII. Putri, A. R., et al. (2021). Evaluasi kesesuaian jenis obat antimalaria di daerah endemik. Jurnal Farmasi Indonesia, 13(1), 60–67.
XVIII. Yusuf, M., & Sari, D. (2022). Efektivitas penggunaan ACT dalam mengatasi resistensi malaria falciparum di Papua. Jurnal Kesehatan Tropis, 10(2), 45–53.
XIX. Handayani, M., et al. (2022). Pengaruh ketidaksesuaian dosis ACT terhadap resistensi Plasmodium falciparum. Jurnal Kesehatan Tropis, 12(2), 102–110.
XX. Prasetyo, A., & Indah, R. (2021). Analisis kesalahan dosis obat antimalaria di fasilitas kesehatan primer. Jurnal Farmasi Klinis Indonesia, 10(3), 55–63.
XXI. Sutrisno, T., et al. (2022). Kepatuhan terhadap durasi dan interval ACT pada pengobatan malaria falciparum. Jurnal Kesehatan Tropis, 11(3), 75–82.
XXII. Anwar, A., & Rahma, N. (2021). Analisis durasi pengobatan pada kasus malaria vivax. Jurnal Farmasi Klinis Indonesia, 10(2), 45–53.
XXIII. Nurhayati, A., et al. (2022). Efektivitas rute pemberian obat pada pengobatan malaria falciparum. Jurnal Kesehatan Tropis, 12(1), 90–98.
XXIV. Rahmat, R., & Putri, S. (2021). Analisis kesesuaian rute pemberian obat antimalaria. Jurnal Farmasi Klinis Indonesia, 10(2), 35–43.